Minggu, 16 September 2012
Makin Berat Beban Pelajaran Bisa Bikin Anak Gila!
Makin
beratnya beban pelajaran ditambah dengan keinginan orangtua mengikutkan
anak untuk les ini itu potensial membebani otak anak, di luar kemampuan
mereka. Bahkan mereka bisa gila!
Psikiater
Prof Dr dr LK Suryani SpKJ berpandangan, dewasa ini terjadi
kecenderungan semakin muda usia penderita sakit kejiwaan karena
anak-anak tidak siap menerima beban pelajaran di sekolah.
Suryani
yang juga pendiri dan Direktur "Suryani Institute for Mental Health"
itu di Denpasar, Kamis, mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya dan
kunjungan ke tempat praktiknya, sudah ada anak SD yang mengalami
gangguan jiwa.
Menurut
dia, penyebab terbesarnya karena beban pelajaran sekolah, anak-anak
dituntut cepat bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Apalagi
ditambah mereka harus belajar di sekolah hingga sore hari.
"Tetapi
sayangnya guru tidak mau mendidik, maunya mengajar saja," ujarnya. Ia
berharap para guru memahami perkembangan mental anak, jangan memaksa
belajar, tetapi hendaknya membuat murid TK serta siswa SD dari kelas I
sampai III terangsang mempunyai semangat belajar, mau belajar, dan
berani berbicara.
"Sekarang
terlalu sedikit waktu santai untuk anak-anak, bahkan TK sudah les.
Idealnya sampai kelas III tidak ada PR. Bukankah tidak jarang yang
mengerjakan PR pembantu dan orang tua agar anaknya tidak malu?" katanya.
Dengan
gaya hidup seperti itu, ketika dewasa, mereka umumnya untuk bangun pagi
saja harus dibangunkan dan malas ke kantor serta tidak bisa mengurus
diri sendiri.
"Di
dalam mendidik, seyogyanya guru jangan menganggap anak sudah tahu
macam-macam sehingga tidak perlu dididik calistung. Harusnya anak-anak
juga diajak menyanyi dan bercerita untuk mengekspresikan emosi,"
katanya.
Lewat
cerita, lanjut dia, juga untuk memasukkkan nilai baik dan buruk karena
para orang tua tidak ada waktu bercerita. Hingga usia 10 tahun adalah
masa untuk membuat anak mampu melihat situasi.
"Jika
dapat memberikan pendidikan tanpa beban pada anak dan mereka senang, di
sanalah akan ada harapan punya masa depan. Kalau orang tua sering ribut
apalagi terjadi sejak dalam kandungan, hal itu akan menyulut gangguan
jiwa pada anak-anak," ujarnya.
Di
sisi lain, ia melihat kecenderungan para orang tua menuntut agar anaknya
paling hebat secara akademis, padahal pandai saja sebenarnya tidak
cukup. Justru menjadikan anak mandiri dan kreatif jauh lebih penting. Ia
tidak memungkiri, memang jika punya anak kreatif berat, anak akan
banyak protes dan nakal.
"Seyogyanya
biarkan anak berkembang, belajar apa yang diperlukan anak, dan jangan
orang tua justru memaksakan kehendak. Adakan waktu ngobrol saat makan
dan sebelum tidur," kata Suryani.
Author: Ach. Anshori
Ach. Anshori is a founder and author of Uniteds19. I also a student, blogger, dreamer, planner, and United's loyal supporter from Indonesia. Read More →
Related Posts:
Informasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: