Kamis, 12 Juli 2012
Misteri Piramida di Indonesia
Saat ini media Indonesia diramaikan dengan berita mengenai dugaan
terdapat bangunan berbentuk piramida yang terdapat di Indonesia. ialah
Gunung Sadahurip di Kabupaten Garut dan Gunung Padang Kabupaten Cianjur
Jawa Barat. Dugaan ini sendiri dikeluarkan oleh Staf Ahli Presiden
Bidang bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial Andi Arief. Andi Arief
mengatakan bahwa tim katastropik purba menemukan dugaan adanya bangunan
berbentuk piramida di Desa Sadahurip Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang
cukup mengagetkan.
Andi menambahkan dari beberapa gunung yang
di dalamnya diduga ada bangunan menyerupai piramida, setelah diteliti
secara intensif dan uji “karbon dating”, dipastikan umurnya lebih tua
dari Piramida Giza. Tentu saja Gunung Sadahurip Garut dan Gunung Padang
| Misteri Piramida di Indonesia menjadi perdebatan di Indonesia
khususnya para akademisi, dan ahli purba, sejarah, dan geologist.
Tetapi sebenarnya apa benar ada Piramida di Indonesia?berikut ini
merupakan hasil kutipan dari beberapa media di Indonesia mengenai kabar
berita penemuan Piramida di Indonesia. Banyak perdebatan seputar
penelitian yang dilakukan Tim Bencana Katastropik Purba, yang
difasilitasi Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana
Alam, Andi Arief. Banyak yang salah sangka dengan mengira tim itu
mencari piramida, bahkan harta karun.
Gunung Sadahurip di Garut,
Jawa Barat, dan Gunung Padang di Cianjurmencuri perhatian publik.
Apalagi kalau bukan ‘harta karun’ berupa piramida berusia ribuan tahun
yang katanya berada di dalam gunung tersebut. Mungkinkah ada piramida
seperti Piramida Giza yang ada di Mesir sana?
“Mungkin dan ada.
Orang pada umumnya menganggap piramida adalah seperti piramida di Mesir
yang banyak bertebaran di tepi barat Sungai Nil,” ujar interpreter
Geotrek Indonesia, Awang Harun Satyana, dalam diskusi bertajuk ‘Menguak
tabir peradaban dan bencana katastropik purba di nusantara untuk
memperkuat karakter dan ketahanan nasional’ di Gedung Krida Bakti, Jl
Veteran, Jakarta, Selasa (7/2/2012).
Dijelaskan dia, piramida
seperti yang ada di Mesir adalah square pyramid karena mempunyai alas
persegi empat dengan empat dinding berbentuk segitiga yang di puncaknya
bertemu membentuk dinding sekitar 52 derajat. Nah, piramida di Mesir
juga mengalami perubahan bentuk dari masa ke masa. Yang juga dominan
tetapi kurang dikenal adalah piramida dengan bentuk berundak atau step
pyramid.
Selain di Mesir, Piramida juga ditemukan di beberapa
negara lain seperti Persia, Amerika tengah, Spanyol, Nigeria, Yunani dan
sebagainya. Nah, di Indonesia dalam sejarah kebudayaannya dikenal
bentuk bangunan prasejarah dan sejarah dengan ciri piramida yang disebut
punden berundak. Menurut Awang, punden berundak merupakan variasi dari
step pyramid.
“Punden berundak dalam skala besar pada masa
prasejarah adalah situs megalitik Gunung Padang di Cianjur yang
diperkirakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara,” terangnya.
Selain itu ada Candi Borobudur di Jawa Tengah. Karena itu, tradisi
piramida atau dalam bentuk step pyramid bukanlah tradisi yang asing bagi
Indonesia. Sebab semua candi dan situs punden berundak dibangun dengan
gaya piramidal.
Dari penampakan, sekitar 90 persen bentuk
Sadahurip menyerupai piramida. Faktanya, Sadahurip merupakan bukit
setinggi 1463 meter dpl yang berdekatan dengan Gunungapi Talagabodas dan
Gunung Galunggung. Beberapa batuan yang tersingkap di dindingnya atau
di sekitarnya menunjukkan bukit ini disusun oleh batuan beku andesitik
atau variasinya. Di Sadahurip juga tidak dilaporkan keberadaan kawah di
puncak atau di dindingnya. Selain itu terdapat punggungan Baturahong
yang hilang setengah masa batuannya.
“Tanpa data penelitian yang cukup, kontroversi Sadahurip tidak bisa diselesaikan dengan cepat,” sambung Awang.
Disampaikan dia, dari bebrapa fakta yang ada dapat diindikasikan bahwa
Sadahurip adalah semacam volcanic mound atau gumuk (gundukan)
piroklastika atau bahan muntahan gunung api tanpa pipa di dalamnya.
Apakah gumuk piroklastika tak bisa dimanfaatkan untuk pembangunan
piramida? Menurut Awang, berkaca dari ditemukannya situs di Gunung
Padang, Cianjur, maka tak bisa dinafikkan hal itu terjadi pula di
Sadahurip.
“Walaupun mungkin bukan dalam bentuk arsitektur
piramida yang persis seperti di Mesir, sebab setiap negara punya bentuk
variasi piramidanya sendiri,” tambah Awang.
Punggungan
Baturahong yang hilang, lanjut dia, dapat mengarah bahwa pernah terjadi
penggalian batuan skala besar untuk membuat sesuatu. Pernah ditafsirkan
hilangnya setengah punggungan Baturohang ini akibat amblesan oleh
patahan normal yang bidangnya membentuk tebing curam Baturahong.
Mengingat pada masa kini mata pencaharian penduduk Sadahurip adalah
bertani dan berladang, dan menurut keterangan masyarakat tidak pernah
ada sejarah penambangan, maka jika benar ada penambangan batuan berskala
besar di sana, terjadi di masa sejarah atau prasejarah.
“Jika
ini benar, untuk apa penambangan batuan ini? Apa dipakai membangun
piramida Sadahurip, mengubah gumuk piroklastika Sadahurip menjadi punden
berunden seperti di Gunung Padang,” ujar Awang.
Menurut dia,
untuk menginterpretasi Gunung Sadahurip harus menggunakan pendekatan
multidimensi yang melibatkan berbagai keilmuan. Jika hanya mengupas
dengan satu ilmu, alhasil terperangkap pada hal dogmatik.
Anggota tim yang juga Ahli Gempa dari LIPI, Danny Hilman, kemudian
menjelaskan bahwa tim ini terbentuk untuk mengetahui siklus bencana,
yang juga terjadi di masa lalu. Karena itu sebuah kewajaran jika
kemudian tim peneliti ini juga melakukan penelitian terhadap peradaban
kuno, yang diduga banyak yang ikut terhempas bencana.
Danny
menuturkan, tim berusaha meneliti keterkaitan bencana dan peradaban.
Mulai dari meneliti kemungkinan musnahnya suatu peradaban karena
bencana, hingga mencari tahu kearifan lokal masyarakat masa lalu dalam
menghadapi bencana.
“Peradaban berkembang pelan-pelan. Tapi
kemudian ada yang dihajar bencana,” ucap Danny Hilman. Sejumlah
pembabakan sejarah di Indonesia kemudian memunculkan sejumlah
kecurigaan. MIsalnya saja peristiwa tsunami yang terjadi di sekitar
tahun 1390-an dan 1450-an.
“Saat itu ada istilah ‘Ieu Beuna’
yang berarti air bah besar. Mungkin juga bencana yang menyebabkan
terputusnya sejarah Pasai dan Kerajaan (pimpinan) Iskandar Muda,” ucap
Danny Hilman.
Selain itu, Danny melanjutkan, di Aceh pun belum
diketahui mengenai hilangnya kerajaan kuno dari masa Pra-Islam. Danny
memberikan contoh lain, peninggalan dari situs Batujaya di Karawang
kemungkinan terkait peristiwa letusan Krakatau Purba yang terjadi tahun
416. Ada kemungkinan peradaban di Batujaya ‘menghilang’ akibat letusan
dan tsunami purba. “Karena ditemukan pasir pantai di bawah candi-candi
Batujaya,” ucap Danny.
Tim Bencana Katastropik Purba percaya
bahwa peradaban Indonesia di masa lalu terbilang tinggi. Bahkan,
mengutip Raffles, kerajaan-kerajaan di Sumatra dan Jawa merupakan
kemunduran dari kejayaan dari masa sebelumnya.
“Raffles
mengatakan ‘Masyarakat Sumatra, seperti halnya di Jawa, sedang mengalami
kemunduran yang terus menerus dari masa kejayaan para leluhurnya yang
gilang gemilang’,” tutur Danny.
~ Tak Masuk Akal ada Piramida di Indonesia
Arkeolog Dr Bambang Sulistyanto menyatakan bahwa kemungkinan temuan
piramida di Gunung Sadahurip, Kabupaten Garut, dari aspek arkeologi
tidak masuk akal karena Indonesia tidak mengenal kebudayaan piramida.
Menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional
tersebut, di Jakarta, Minggu (18/12/2011), piramida merupakan kebudayaan
Mesir dari abad Sebelum Masehi, sedangkan kebudayaan Indonesia kuno
bukanlah piramida, melainkan punden berundak pada masa prasejarah dan
candi pada era klasik atau periode Hindu-Buddha.
“Lebih dari
seperempat abad saya belajar arkeologi, baru kali ini saya mendengar
adanya dugaan piramida di Indonesia. Kebudayaan Indonesia kuno itu tidak
mengenal piramida, tetapi sangat akrab dengan bangunan suci bernama
punden berundak atau candi,” katanya.
Bambang berkomentar, di
lereng barat Gunung Lawu memang ada bangunan suci yang bentuknya mirip
piramida yang terpancung atapnya, namanya Candi Sukuh, yang dibangun
sekitar abad ke-15 Masehi. Namun, Candi Sukuh sangat berbeda baik fungsi
maupun maknanya dengan piramida di Mesir.
Sebelumnya, Staf
Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial Andi Arief
mengatakan bahwa tim katastropik purba menemukan dugaan adanya bangunan
berbentuk piramida di Desa Sadahurip Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang
cukup mengagetkan.
Andi menambahkan dari beberapa gunung yang
di dalamnya diduga ada bangunan menyerupai piramida, setelah diteliti
secara intensif dan uji “karbon dating”, dipastikan umurnya lebih tua
dari Piramida Giza.
Ditegaskan Bambang, temuan Gunung Sadahurip
Garut dan Gunung Padang | Misteri Piramida di Indonesia memerlukan
bukti ilmiah karena, jika tidak, maka ia tidak bisa memercayainya.
“Boleh-boleh saja orang menduga, tetapi soal kebenarannya, nanti dulu.
Tanpa bermaksud merendahkan pandangan, pendapat atau dugaan para ahli,
adanya piramida di Sadahurip perlu pembuktian secara ilmiah,” katanya.
Pengujian yang diperlukan untuk membuktikan kebenaran dugaan tersebut,
menurut dia, melalui pengujian ekskavasi (penggalian) sehingga bisa
dibuktikan sejelas-jelasnya.
“Tapi apa mungkin menggali Gunung?
Sampai berapa meter batas kedalamannya? Dan berapa luas diameternya?
Harus dipikirkan berapa kubik tanah galian yang harus digali dan dibuang
ke mana? Apa malah tidak merusak lingkungan?” ujarnya bertanya-tanya.
Ia juga tidak bersedia berkomentar soal uji georadar yang disebutkan
sudah dilakukan oleh tim tersebut di Gunung Sadahurip karena merasa
bukan ahlinya.
“Saya tidak yakin ada ahli yang berpendapat begitu. Jangan-jangan itu pendapat atau pelintiran wartawan saja,” katanya.
Menurut dia, seharusnya Indonesia bangga mempunyai Candi Borobudur dan
Prambanan yang berasal dari abad ke-9 Masehi yang tak kalah tingginya
dengan peradaban piramida.
Tentu kita harus menunggu
penemuan ini selesai dilakukan. Baik ada atau tidaknya lebih baik
dilakukan penelitian secara mendalam dari berbagai aspek. Tetapi yang
pasti bahwa Gambaran bahwa manusia purba itu kuno, berbentuk seperti
monyet, zaman batu, zaman perak itu hanyalah Karangan para ilmuwan Barat
belaka terutama Charles Darwin. Apabila kita menjawab segala keajaiban
masa lampau dengan kehebatan dan kecanggihannya, teori Darwin mengenai
dan segala hal tentang manusia purba itu PALSU !!. Para Ilmuwan
Indonesia saat ini masih mengacu pada teori barat tersebut, padahal
sebetulnya Orang-orang zaman dulu sama seperti kita, punya kecerdasan
yang sama dan kemampuan yang sama.
Lihat Nabi Nuh yang mampu
membuat bahtera kapal yang besar dan modern, mana mungkin orang purba
primitif seperti kata buku2 itu bisa membuat kapal secanggih dan sebesar
itu?..Kemudian lihat Nabi Ibrahim yang mempu membuat bangunan Mekkah,
kemudian Nabi Sulaiman yang mempu membuat istana mewah dan megah, apa
itu yang dimaksud orang primitif purba? Semua kemegahan teknologi zaman
dahulu itu terkubur di dalam bumi dikarenakan bencana yang terjadi,
seperti halnya Candi Borobudur, Piramida di Mesir yang ditemukan setelah
ternyata terkubur. Tentu dibawah tanah yang kita pijak, serta lautan
yg luas pasti terdapat misteri kehidupan zaman dulu yang terkubur dan
tersimpan.
Seharusnya teori-teori tentang manusia purba
dihilangkan terutama teori darwin karena itu hanyalah konspirasi dan
rekaan belaka. Pelajari Al Quran, AL Kitab dan kitabkitab tuhan karena
disana merupakan pusat ilmu dan kebenaran. Bahwa manusia itu turun dari
langit, manusia tidak ada yang primitif semua sama dengan sekarang baik
itu ilmu, wajah. Tengkorak-tengkorak manusia purba itu merupakan hewan
purba seperti halnya gorilla, orang utan zaman sekarang.
Author: Ach. Anshori
Ach. Anshori is a founder and author of Uniteds19. I also a student, blogger, dreamer, planner, and United's loyal supporter from Indonesia. Read More →
Related Posts:
Misteri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: